Candi ini dibangun pada sekitar tahun
850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni:
Rakai Pikatan, raja kedua wangsa
Mataram I atau
Balitung Maha Sambu, semasa wangsa
Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak.
Selesai menyusuri sudut kota Yogya, kami bertolak ke Prambanan,salah satu candi yang penuh sejarah. Perjalanan yang dilewati lumayan jauh dari Yogya tapi hasrat hati ingin kembali ke Prambanan melumpuhkan semuanya. Walau sedikit lelah, tibalah kami di pelataran candi Prambanan. Kala itu lumayan banyak pengunjung yang masuk kesana, mungkin karena sedang liburan sekolah.
Dari jauhan terlihat candi megah menjulang. Dengan ukiran/relief yang khas, membuat kami terkagum-kagum kembali. Iya, ini salah satu candi Hindu yang terbesar di Asia Tenggara. Komplek candi ini terdiri dari 8 candi utama dan 250 candi kecil lainnya.
Tiga candi utama disebut
Trisakti dan dipersembahkan kepada sang hyang
Trimurti: Batara
Siwa sang Penghancur, Batara
Wisnu sang Pemelihara dan Batara
Brahma sang Pencipta.
Candi Siwa di tengah-tengah, memuat empat ruangan, satu ruangan di setiap arah
mata angin. Sementara yang pertama memuat sebuah
arca Batara Siwa setinggi tiga meter, tiga lainnya mengandung arca-arca yang ukuran lebih kecil, yaitu arca
Durga, sakti atau istri Batara Siwa,
Agastya, gurunya, dan
Ganesa, putranya.
Sumber :
Wikipedia
Anak-anak teringat akan Little Krishna The Movie, cocok untuk belajar sejarah langsung ke sumbernya. Jika dilihat, sebenarnya pemeliharaan candi ini sangat minim. Hanya ada 1 orang bapak yang bekerja memunguti sampah. Iya, kebanyakan pengunjung seenaknya membuang sampah botol atau plastik di pelataran candi. Sungguh sayang, keajaiban alam ini malah tercoreng karena sebagian orang yang tak bertanggungjawab.
Disisi lain, banyak batu candi yang ternyata telah di curi/diambil oleh penduduk sekitar. Jika kita lihat betapa candi ini penuh makna sejarah. Pengaruh agama hindu yang kental menjadikan keragaman budaya yang ada di Indonesia.
Masih dalam satu area Candi Prambanan terdapat juga Candi Sewu. Salah satu candi Budha terbesar setelah Candi Borobudur.
Candi Sewu adalah candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8 yang berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara candi Prambanan. Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha terbesar kedua setelah candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi Sewu berusia lebih tua daripada candi Prambanan. Meskipun aslinya terdapat 257 candi, oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan Candi "Sewu" yang berarti "seribu" dalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah legenda Loro Jonggrang.
Sumber : Wikipedia
Kami menyusuri komplek candi dengan menggunakan kereta. Harganya tak terlalu mahal tapi kita bisa berputar disekitar candi Prambanan dan Sewu.
Kala itu candi Sewu tengah diperbaiki. Bangunan utamanya mungkin sedang di renovasi. Terlihat aktivitas perbaikan disekitar area candi. Pengunjung pun tidak sepadat Candi Prambanan.
Kalau kamu mau,bisa juga berkunjung ke candi lain tapi letaknya agak jauh dari komplek Candi Prambanan, yaitu Candi Ratu Boko. Berada sekitar 3 km ke arah selatan dari komplek Prambanan.
Perjalanan beralih ke pelataran parkir candi dekat dengan are penjualan barang kerajinan khas pulau Jawa. Pasarnya agak gelap, penuh sesak orang dan keliatan tak teratur. Beberapa penjual keliling sedikit memaksa menawarkan dagangan mereka.
Aneka perhiasan etnik,tas, dekorasi rumah dan banyak lagi barang pernak pernik melimpah ruah disini. Baju batik, kain sampai boneka bisa dipilih jadi buah tangan. Harganya sedikit miring,tapi memang kualitasnya tidak begitu bagus. Kita mesti pintar memilihnya.
Sebenarnya kami terpaksa melewati jalur pasar tersebut. Pihak pengelola rupanya menutup beberapa ruas jalan sehingga pengunjung mau tidak mau harus melewati pasar kerajinan itu. Jalan menuju arah tempat parkir jelas lebih jauh dan lebih panjang.
Setelah puas melihat-lihat, kamipun bertolak ke Boyolali. Satu kota di Jawa Tengah tempat dimana orang tua tinggal. Lumayan jauh dari Prambanan.
Kota sejuk dan bersih itu, memang beda dari kota lain di pulau Jawa.Terlihat lengang dan tidak banyak orang. Jalan-jalannya juga bersih dari sampah. Di tiap 50 meter terlihat tempat sampah tergantung rapi. Aktivitas penduduk juga tak terlihat ramai.
Sejuk, karena tepat berada di kaki gunung Merapi dan gunung Merbabu. Jangan lupa kota ini juga penghasil susu sapi segar terbesar di Jawa Tengah. Sapi-sapi itu diternakan didaerah selatan.
Rumah-rumah tua,masih terlihat jelas disini. Walau tua tapi terkesan bersih dan terawat. Tiap kali menyisir jalan, tampak banyak pepohonan dan bebungaan di kanan kirinya. Segar, beda sekali dengan Jakarta yang panas juga berdebu.
"Daerah ini seperti Oase."
Puas jalan pagi, kami pun diajak sarapan di salah satu kedai Soto, iya kota ini ternyata kota soto. Di beberapa sudut jalan, terpampang plang nama soto. Pagi hari ternyata penduduk sekitar sarapan soto.
Kedai Soto Delik jadi persinggahan pertama sarapan kami. Pengunjung cukup ramai. Kami pun harus menunggu beberapa orang yang masih sarapan. Berdiri diantara jejeran bangku panjang kedai itu.
Akhirnya soto bening kaldu sapi pun telah siap di meja. Meja panjang beserta cemilan khasnya tersedia. Ada tempe, perkedel kentang, risol isi bihun, sate telur puyuh, sate ati ayam sampai mento.
Sotonya dalam mangkuk kecil dan bercampur nasi. Irisan daun bawang juga daging dan kecambah menambah nikmat sarapan pagi itu. Dengan 4000 rupiah kamu bisa dapat satu porsi soto yang gurih. Kamu juga bisa menambah beberapa gorengan lezat yang siapsedia dimeja panjang itu.
Well, tiap perjalanan memang selalu menyenangkan, dengan keunikan daerah masing-masing yang selalu ada ditiap persinggahan.