Thursday, October 28, 2010

Bangket Kacang = Heaven !

Bulan-bulan terakhir kue Bangket asal Riau ini jadi perbincangan menarik di milis. Bangket kacang jadi salah satu hits nya. Tanpa pikir panjang lagi, saya mulai menyiapkan semua bahan. Kebetulan bahannya juga gampang.


Bangket Kacang

Tanya resep langsung ke pakarnya, Nadrah Shahab. dan voilaa ! saya dapet resepnya.

Bangket Kacang
Sumber : Nadrah Shahab via : Lemari Resep Nonon

Bahan:
750 kg Terigu, sangrai
500 gr Kacang tanah kupas
400-500 gr gula halus
500 ml-600 ml minyak goreng
1 sdt garam
Cara membuat:
  1. Sangrai/panggang kacang tanah lalu blender halus. bisa juga masih ada kasar-kasarnya sedikit.
  2. Campur terigu + kacang + gula halus+ garam. masukkan minyak sayur sedikit-sedikit higga semua tergampur rata,
  3. Bulatkan adonan lk 10 gr, lalu pencet perlahan bulatan dengan garpu (karena adonan gampang pecah.
  4. Bakar dengan api kecil 140-150 derajad celsius sekitar 20 mnt.
  5. Angkat kukis ini jangan pada saat panas.


Bangket Kacang

Jangan ditanya rasanya., mantap dan lumer di mulut. Mirip banget dengan kue kacang yang pernah saya makan waktu lebaran tahun lalau. Ternyata baru sekarang bisa bikin sendiri....:) Postingan ini khusus untuk NCC Bangket Week, silahkan cek di situsnya.

Tuesday, October 26, 2010

Bolu Kukus Green Tea Coklat

Browsing resep bolu kukus ternyata cukup mudah, hanya dengan menulis kata kunci tak berapa lama muncul deretan jenis resep bolu kukus dengan berbagai variannya.

Tapi ada satu resep yang memancing perhatian, Green Tea Chocolate Steamed Cupcake dari Eliza, diadaptasi dari resep Natural Cooking Club.


Green Tea and Chocolate Steamed Cup Cake


Bolu Kukus 
Sumber : Natural Cooking Club
              Eliza's

Bahan:
450 gr  gula pasir
500 gr  tepung terigu
1 sdt     BPDA
4 btr     telur
300 cc  air putih / susu encer / santan
1 sdm   emulsifer
1 sdt     essence pisang (diganti dengan coklat bubuk dan bubuk green tea)

Cara ke-1:
  • Kocok semua bahan 10 menit, tuang di cetakan yang telah dilapisi kertas, lalu kukus selama 10 menit
Cara ke-2 :
  • Campur tepung terigu dan baking powder double acting (BPDA), ayak, sisihkan.
  • Kocok gula, telur dan emulsifier hingga kental, masukkan tepung dan santan bergantian sambil diaduk hingga rata, beri essence, aduk rata.
  • Pisahkan sedikit adonan, beri pewarna. Tuang kedalam cetakan, kukus selama 10 menit.

Green Tea and Chocolate Steamed Cup Cake

Hasil akhir, cakenya moist enak dan aroma green tea nya samar-samar tercium. Resep Eliza ternyata jadi salah satu resep yang terdapat di dalam buku The Foodista Best of Food Blogs Cookbook, congrats Liz !

Friday, October 22, 2010

Selayang Pandang dari Prambanan dan Boyolali

Candi Rara Jonggrang atau Lara Jonggrang yang terletak di Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten.
Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak.
Source : Wikipedia


DSC_0117

Selesai menyusuri sudut kota Yogya, kami bertolak ke Prambanan,salah satu candi yang penuh sejarah. Perjalanan yang dilewati lumayan jauh dari Yogya tapi hasrat hati ingin kembali ke Prambanan melumpuhkan semuanya. Walau sedikit lelah, tibalah kami di pelataran candi Prambanan. Kala itu lumayan banyak pengunjung yang masuk kesana, mungkin karena sedang liburan sekolah.

2010_0702 Tour De Java11

Dari jauhan terlihat candi megah menjulang. Dengan ukiran/relief yang khas, membuat kami terkagum-kagum kembali. Iya, ini salah satu candi Hindu yang terbesar di Asia Tenggara. Komplek candi ini terdiri dari 8 candi utama dan 250 candi kecil lainnya. 

Tiga candi utama disebut Trisakti dan dipersembahkan kepada sang hyang Trimurti: Batara Siwa sang Penghancur, Batara Wisnu sang Pemelihara dan Batara Brahma sang Pencipta.
Sumber : Wikipedia
 
Candi Siwa di tengah-tengah, memuat empat ruangan, satu ruangan di setiap arah mata angin. Sementara yang pertama memuat sebuah arca Batara Siwa setinggi tiga meter, tiga lainnya mengandung arca-arca yang ukuran lebih kecil, yaitu arca Durga, sakti atau istri Batara Siwa, Agastya, gurunya, dan Ganesa, putranya.
Sumber : Wikipedia


DSC_0167

Anak-anak teringat akan Little Krishna The Movie, cocok untuk belajar sejarah langsung ke sumbernya. Jika dilihat, sebenarnya pemeliharaan candi ini sangat minim. Hanya ada 1 orang bapak yang bekerja memunguti sampah. Iya, kebanyakan pengunjung seenaknya membuang sampah botol atau plastik di pelataran candi. Sungguh sayang, keajaiban alam ini malah tercoreng karena sebagian orang yang tak bertanggungjawab.

Disisi lain, banyak batu candi yang ternyata telah di curi/diambil oleh penduduk sekitar. Jika kita lihat betapa candi ini penuh makna sejarah. Pengaruh agama hindu yang kental menjadikan keragaman budaya yang ada di Indonesia.


DSC_0193

Masih dalam satu area Candi Prambanan terdapat juga Candi Sewu. Salah satu candi Budha terbesar setelah Candi Borobudur.

Candi Sewu adalah candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8 yang berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara candi Prambanan. Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha terbesar kedua setelah candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi Sewu berusia lebih tua daripada candi Prambanan. Meskipun aslinya terdapat 257 candi, oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan Candi "Sewu" yang berarti "seribu" dalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah legenda Loro Jonggrang.
Sumber : Wikipedia 

Kami menyusuri komplek candi dengan menggunakan kereta. Harganya tak terlalu mahal tapi kita bisa berputar disekitar candi Prambanan dan Sewu.

Kala itu candi Sewu tengah diperbaiki. Bangunan utamanya mungkin sedang di renovasi. Terlihat aktivitas perbaikan disekitar area candi. Pengunjung pun tidak sepadat Candi Prambanan.

Kalau kamu mau,bisa juga berkunjung ke candi lain tapi letaknya agak jauh dari komplek Candi Prambanan, yaitu Candi Ratu Boko. Berada sekitar 3 km ke arah selatan dari komplek Prambanan.

2010_0702 Tour De Java9

Perjalanan  beralih ke pelataran parkir candi dekat dengan are penjualan barang kerajinan khas pulau Jawa. Pasarnya agak gelap, penuh sesak orang dan keliatan tak teratur. Beberapa penjual keliling sedikit memaksa menawarkan dagangan mereka.


DSC_0206

Aneka perhiasan etnik,tas, dekorasi rumah dan banyak lagi barang pernak pernik melimpah ruah disini. Baju batik, kain sampai boneka bisa dipilih jadi buah tangan. Harganya sedikit miring,tapi memang kualitasnya tidak begitu bagus. Kita mesti pintar memilihnya.


DSC_0216


Sebenarnya kami terpaksa melewati jalur pasar tersebut. Pihak pengelola rupanya menutup beberapa ruas jalan sehingga pengunjung mau tidak mau harus melewati pasar kerajinan itu. Jalan menuju arah tempat parkir jelas lebih jauh dan lebih panjang.


DSC_0204

Setelah puas melihat-lihat, kamipun bertolak ke Boyolali. Satu kota di Jawa Tengah tempat dimana orang tua tinggal. Lumayan jauh dari Prambanan.


DSC_0067

Kota sejuk dan bersih itu, memang beda dari kota lain di pulau Jawa.Terlihat lengang dan tidak banyak orang. Jalan-jalannya juga bersih dari sampah. Di tiap 50 meter terlihat tempat sampah tergantung rapi. Aktivitas penduduk juga tak terlihat ramai. 

Sejuk, karena tepat berada di kaki gunung Merapi dan gunung Merbabu. Jangan lupa kota ini juga penghasil susu sapi segar terbesar di Jawa Tengah. Sapi-sapi itu diternakan didaerah selatan.

DSC_0075

Rumah-rumah tua,masih terlihat jelas disini. Walau tua tapi terkesan bersih dan terawat. Tiap kali menyisir jalan, tampak banyak pepohonan dan bebungaan di kanan kirinya. Segar, beda sekali dengan Jakarta yang panas juga berdebu.

"Daerah ini seperti Oase." 

2010_0702 Tour De Java6

Puas jalan pagi, kami pun diajak sarapan di salah satu kedai Soto, iya kota ini ternyata kota soto. Di beberapa sudut jalan, terpampang plang nama soto. Pagi hari ternyata penduduk sekitar sarapan soto.

Kedai Soto Delik jadi persinggahan pertama sarapan kami. Pengunjung cukup ramai. Kami pun harus menunggu beberapa orang yang masih sarapan. Berdiri diantara jejeran bangku panjang kedai itu.

Akhirnya soto bening kaldu sapi pun telah siap di meja. Meja panjang beserta cemilan khasnya tersedia. Ada tempe, perkedel kentang, risol isi bihun, sate telur puyuh, sate ati ayam sampai mento.

2010_0702 Tour De Java3

Sotonya dalam mangkuk kecil dan bercampur nasi. Irisan daun bawang juga daging dan kecambah menambah nikmat sarapan pagi itu. Dengan 4000 rupiah kamu bisa dapat satu porsi soto yang gurih. Kamu juga bisa menambah beberapa gorengan lezat yang siapsedia dimeja panjang itu.

Well, tiap perjalanan memang selalu menyenangkan, dengan keunikan daerah masing-masing yang selalu ada ditiap persinggahan.

Sunday, October 17, 2010

Malioboro Sudut Yogyakarta yang Tak Terlupa

Menikmati tiap sisi Jalan Malioboro - Yogyakarta, seperti melihat suasana baru. Dari keramaian Jakarta dengan orang-orangnya yang hanya memikirkan dirinya sendiri, kami merasa terlempar ke satu sudut kota dengan penduduk ramahnya. 

Kami sengaja menginap disalah satu hotel murah di pinggiran jalan Malioboro (toh kami hanya menginap satu malam). Hotelnya lumayan bersih dengan detil tradisional Jawa Tengah yang kental. Turis asing dan backpaker ternyata banyak menginap disini. Penuh tapi tertib dan teratur.  


DSC_0288


Pagi hari, dimulai dengan berjalan menyusuri gang kecil dari depan hotel, menuju ke jalan utama.Terlihat becak-becak telah menempati "titik" nya. Dengan ramah tapi agak sedikit memaksa sang penarik becak menawarkan jalan-jalan keliling Malioboro sampai ke Kraton. Pagi hari mereka masih "banting harga" Rp. 5.000,- - Rp. 10.000,- per becak sudah pasti puas berkeliling.


DSC_0326


Ngomong-ngomong soal becak, pembicaraan kami dengan si tukang becak pun mengalir. Ada banyak becak disini, dan beberapa paguyuban atau perkumpulannya. Satu perkumpulan bisa beranggotakan puluhan tukang becak. Sekarang pekerjaan ini (menarik becak) makin menjamur di daerah Malioboro. Dulu mungkin si Bapak, bisa mendapat Rp. 40.000,- sehari namun sekarang penghasilannya berkurang. Sudah syukur dapat Rp. 20.000,- sehari.


DSC_0335


Jalanan masih terlihat lengang, berderetan toko disepanjang Malioboro masih tertutup. Gerobak jualan pun masih terbungkus rapi. Yang ada hanya penarik becak dan sesekali terlihat beberapa ibu menjajakan makanan untuk sarapan.


2010_0702 Tour De Java8


Aktivitas pagi itu belum terlihat ramai, kami berputar-putar ke arah pasar dan sekitarnya. Sekumpulan tukang bunga menjajakan bunganya. Pemandangan manis. Saya sendiri tak tahu bunga apa yang di jual dan untuk apa, tapi terlihat segar dalam keranjang bambu. Ingin rasanya bertanya, tapi si abang tukang becak tetap mengayuh cepat becaknya ke arah jalan menuju hotel.


DSC_0323


Di pinggir gang sempit menuju hotel, terlihat seorang ibu menjajakan beberapa masakan untuk sarapan pagi. Gudeg dan makanan khas Jawa Tengah dijualnya. Harganya relatif murah. Pembelinya pun warga sekitar gang. Terlihat beberapa wisatawan ikut membeli dagangannya.


DSC_0281


Malam pun tiba, ehmmm rasanya kurang jika tidak mencoba makan lesehan di sepanjang Malioboro, apalagi kami akan bertolak ke Solo besok pagi. Tetap dengan tukang becak yang sama kami menyisir jalanan yang makin malam malah semakin ramai. Yang lucu, harga becak pun bertambah mahal. Sama seperti siang hari, makin siang malah semakin mahal. Bisa disimpulkan harga becak siang hari berlipat jadi 4 kali, dari Rp. 5.000,- menjadi Rp. 20.000,- *gooshh* Untuk malam hari harga itu sedikit menurun, Rp. 10.000,- satu becak. Mungkin karena kami hanya turis mereka bisa enaknya menawarkan harga.


2010_0702 Tour De Java7


Kembali ke lesehan, ehmmm rupanya memang tempat lesehan jadi wisata sendiri bagi turis. Penuh sesak sampai kami harus mengantri untuk mencari tempat duduk yang pas. Sederetan jalan Malioboro dipenuhi tenda lesehan dengan berbagai menu yang ditawarkan. 

Salah satu teman saya yang asli Yogya pernah bilang, "makan di lesehan sebenernya ga begitu enak apalagi harganya juga suka di patok dengan harga turis, tapi lo kalo ga makan di lesehan Malioboro, berarti lo belum ke Yogya"

Well berbekal kata-kata itu, akhirnya kami nekat mencoba menu lesehan, aww memang terlihat tak begitu enak tapi rasanya kurang puas kalau tidak mencoba.Walau bersempit-sempit tapi tetap ingin tau sensasi makan di lesehan.


2010_0702 Tour De Java2

Kami pun memesan nasi gudeg yogya yang terkenal itu, ditambah beberapa ekor burung dara yang katanya renyah. Ga lama, makanan kami pun datang. Gudeg yogya dengan nasinya menurut saya tidak istimewa, walau dingin tapi masih ok lah untuk makan malam. Burung daranya... oo goshh keras ! Saya masih berusaha menggigit bagian-bagian daging yang melekat kuat ke tulangnya. Tapi ternyata tidak bisa. Dagingnya keras. 

Hiruk pikuk lesehan terus berlanjut, pengamen, tukang gambar dan beberapa orang yang menawarkan sewa mobil bolak balik kemeja kami. Ehmm ternyata ini toh sensasi makan lesehan. Ramai ....

Yaa...mungkin jika ada waktu, kami akan kembali ke Yogya, menikmati sudut-sudut lainnya. Menikmati keramahan penduduk juga menikmati naik becak. Unik...dan tak terlupa. !

Tuesday, October 12, 2010

Green Tea Pound Cake

green tea pound cake


Saya kebetulan dapat beberapa botol kecil green tea powder dari toko bahan kue langganan. Rasanya sayang jika pengujian cake beraroma teh hijau ini dilewatkan. Tau sendiri bila saya yang terobsesi jadi tukang kue tidak memberdayakan bahan yang ada, pastinya kepala jadi pusing *smile*.

Pas waktunya mood saya sedang bagus, dan ingatan lagi melayang ke satu waktu dimana kami masih tinggal disalah satu negara asia. Saya masih ingat betapa hampir setiap hari kami minum bergelas-gelas teh hijau tanpa tambahan gula. Apalagi ketika musim panas mulai tiba, teh hijau dingin bisa kami  konsumsi sampai berliter-liter.


Spring ?
 
Green Tea Pound Cake 
Source : Milk and Honey Cafe
makes one 9x5 loaf or two mini loaves
recipe from Fountain of Life Green Tea Company

Ingredients
2 cups bleached all-purpose four
2 tablespoons Matcha green tea
2 teaspoons baking powder
2 sticks soft unsalted butter
2 cups confectioners' sugar
5 large eggs, separated
Pinch of salt

 

green tea pound cake




Directions
  1. Butter a 9 x 5 x 3-inch loaf pan and line with buttered parchment or wax paper—cut to fit. Set a rack in the middle level of the oven and preheat to 325F. Combine the flour, green tea and baking powder and stir well to mix.  
  2. Cream butter and confectioners sugar in bowl of mixer with paddle attachment and beat for about 3 minutes or until light. Beat in the egg yolks one at a time, beating well after each addition and scraping bowl and beater occasionally with a rubber spatula. Remove the bowl from the mixer and fold in the flour mixture by hand, with a rubber spatula.  
  3. Pour the egg whites and salt into a clean, dry mixer bowl. Place on mixer with whisk attachment and whip whites on medium speed until white and opaque and just beginning to hold their shape. Increase speed slightly and continue whipping egg whites until they hold a soft peak.  
  4. Remove bowl from mixer and quickly scrape whites from bowl onto batter in other bowl. Use a large rubber spatula to fold the egg whites into the batter, folding just until no streaks of white remain.  
  5. Scrape the batter into prepared pans and smooth the top. Bake the cakes for about 45 minutes (35-40 minutes for mini loaf pans) or until it is well risen and a toothpick inserted in the center emerges dry. Cool the cakes in the pans on a rack for 10 minutes, then un-mold and cool it completely.  


Ume


Well, hasil percobaan saya ini adalah : rasa cake enak ! moist, tidak begitu manis, gampang pembuatannya dan yang pasti rasa teh hijau yang samar-samar membuat pikiran saya beralih kembali ke masa lalu. Patut untuk di coba !

Friday, October 8, 2010

Yang Tak Terlewat dari Yogya : Pasar Sayur Beringharjo

Yogya, salah satu kota yang sulit terlupakan, sama seperti lagu KLA Project "Yogyakarta" tiap sudutnya menyapa bersahabat.

Satu pasar besar di daerah JL. Ahmad Yani, Pasar Beringharjo yang terkenal dan tak mungkin di lewatkan.

Pasar Beringharjo adalah pasar tradisional yang terletak di Jl. Jend A. Yani Kawasan Malioboro, Yogyakarta. Pasar ini terkenal dengan koleksi dagangan batik, baik yang berupa kain batik ataupun produk garmen batik lainnya seperti, daster, celana pendek, piyama dll. Lokasi pasar ini bersebelahan dengan museum sejarah Benteng Vredeburg dan berseberangan dengan Gedung Agung. Pasar ini terkenal sebagai salah satu tujuan wisata dan sekaligus merupakan pusat kegiatan perdagangan produk batik Yogyakarta. 
Sumber : Wikipedia


DSC_0319

Tujuan kami sebenarnya adalah Pasar Batik Beringharjo, tapi ternyata pasar tersebut baru buka sekitar pukul sepuluh pagi. Cukup siang untuk ukuran pasar tradisional. Karena keterbatasan waktu akhirnya pasar sayur pun disambangi.

Menggunakan becak, yang kala pagi masih sepi dan tarifnya pun masih murah. Berkisar Rp. 5.000,- sampai Rp. 10.000,- per satu becak,  kami bisa berkeliling dari depan Malioboro sampai ke kraton dan singgah di Beringharjo. Sambil menaiki becak di sejuknya hawa Yogya, tiap sudutnya tak luput dari "jepretan" kamera. Tak mungkin momen-momen itu terlewatkan.


DSC_0296

Karena masih pagi, tukang becak pun masih mau menunggui kami untuk melihat-lihat isi pasar. Tak berbeda dengan pasar tradisional didaerah lain, pasar ini juga menawarkan berbagai macam sayur, buah, daging sampai bumbu.
 

DSC_0318

Sayuran dan buah yang ditawarkan relatif segar, walau ada beberapa yang mulai layu. Harganya memang sedikit lebih murah dari pasar tradisional di daerah Jakarta. Mungkin karena mereka langsung mendapat supply dari petani. 

DSC_0303

Melewati lorong yang gelap ternyata pengunjung pun tidak sebanyak yang kami duga. Yang unik, terlihat beberapa orang ibu buruh gendong. Terlihat sudah tua tetapi ternyata mampu menggendong kiloan sayur di punggungnya. Tarifnya pun tidak besar. Rp. 4.000,-sampai  Rp. 5.000,-untuk sekali gendong/angkut barang. 

2010_0702 Tour De Java5

Bisa dibayangkan, penghasilan setiap harinya mungkin tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Tak terlihat sedikit pun rasa capek setelah menggendong/mengangkut barang atau sayuran..Hebat !

Setelah berputar sebentar di lokasi pasar, kami pun memutuskan untuk keluar. Memanggil kembali si tukang becak dan bertolak menuju penginapan. Jalanan masih terlihat sepi, walau dipinggirannya gerombolah becak sudah mulai beroperasi.

DSC_0321

Dipinggiran jalan menuju penginapan, ada segerombol ibu-ibu penjual bunga. Momen bagus yang sayang dilewatkan. Walau masih di atas becak, kamera narsis saya masih "jeprat jepret" mengabadikan ibu penjual bunga.

Saya sendiri sama sekali tidak tau bunga apa yang di jual dan untuk apa. Hanya pemandangan unik ini jarang kami temui sebelumnya.

DSC_0324

Satu sudut Yogya sudah kami lalui, walau pasar tradisional sayur biasa tapi jadi satu keunikan dari daerah ini.

Sunday, October 3, 2010

Yang Manis : Kolak Biji Salak

Kalau bulan puasa tiba, pasti kamu ketemu sama berbagai macam makanan manis. Kolak, paling sering ditemui. Dipasar sampai warung tenda pinggir jalan tumpah ruah semua makanan manis. Dari mulai yang tradisional sampai kue kering.

Ada satu makanan manis favorit, kolak biji salak. Berasa manis, legit dan gurih mungkin karena campuran santan, gula merah dan pandan. Ubi sebagai bahan dasar juga mudah didapat, ga perlu susah mencari barang satu ini. Dipasar pasti melimpah, apalagi daun pandan, tiap bulan puasa daun ini banyak dicari.

dsc_0323

Kolak Biji Salak
Sumber : Dapur Bunda

Bahan
500 g ubi jalar merah
50 g tepung kanji
1/4 sdt garam
250 g gula Jawa, sisir halus
250 ml air

Saus
500 ml santan dari 1/2 butir kelapa parut
1 lembar daun pandan, potong-potong
1/4 sdt garam


Biji Salak

Cara membuat:
  1. Kukus ubi hingga matang. Angkat.
  2. Selagi panas, haluskan ubi.
  3. Ambil 3/4 bagian ubi halus, campur dengan tepung kanji dan garam hingga rata.
  4. Bentuk adonan bulat-bulat seperti biji salak.
  5. Didihkan air secukupnya, rebus biji salak hingga mengapung. Angkat dan tiriskan.
  6. Rebus gula Jawa dan air hingga gula larut. Angkat dan saring.
  7. Didihkan kembali, masukkan sisa ubi jalar halus, aduk hingga rata.
  8. Masukkan biji salak rebus, aduk hingga tercampur rata. Angkat.
  9. Sajikan dengan Sausnya.
  10. Saus: Rebus santan bersama pandan dan garam hingga mendidih. Angkat dan dinginkan.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...